Siapa yang tak kenal Pulau Lombok alasannya yaitu sejuta keindahan alamnya ? Berbicara soal Lombok, keunikan kearifan lokal suku pribuminya juga sangat menarik untuk diketahui. Suku Sasak menjadi etnis secara umum dikuasai di Pulau Lombok, sementara suku Bima dan Sumbawa merupakan kelompok etnis terbesar di Pulau Sumbawa.
![]() |
Lumbung Padi yaitu icon pariwisata Pulau Lombok - NTB |
Ketika berkunjung ke Pulau Lombok, destinasi utama yang aku kunjungi adalah Desa Wisata Dusun Ende, secara administratif berada di Desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Ende merupakan dusun yang masih mempertahankan kearifan peninggalan leluhurnya. Sehingga, semua penduduk di Dusun Ende menjalani acara sehari-hari dengan memegang teguh tradisi yang masih mengakar dari para leluhurnya.
Potret Masjid di Dusun Ende || Mayoritas kepercayaan Suku Sasak yaitu Islam, selain itu masih ada yang menganut Hindu dan Budha |
Berjarak sekitar 40 km atau 60 menit waktu tempuh dari kota Mataram, akan ada sekitar 38 rumah moral yang bisa menjadi jujukan para wisatawan. Akses menuju ke desa ini juga sangat gampang alasannya yaitu berada di pinggir jalan, apabila kebetulan kau ingin menuju Pantai Kuta, niscaya akan menemukan sebuah papan gosip yang betuliskan "Welcome to Sasak Village" di sebelah kanan jalan.
Oh iya, letak desa ini juga tidak jauh dari Bandara Internasional Lombok, hanya sekitar 20 menit saja. Sesampai di Kawasan Desa Wisata Dusun Ende, sempurna di sebelah gapura terdapat berugak (bale-bale) yang biasa ditempati para pemandu wisata.
Pemandu Wisata di Kawasan Desa Wisata Dusun Ende |
Saya disambut pemandu laki-laki yang mengenakan kemeja batik khas Lombok, sarung hitam, sendal jepit dan ikat kepala khas Suku Sasak. Dengan semangat laki-laki tersebut sesegera mengajak kami untuk berkenalan dan berjalan-jalan mengelilingi Desa Tradisional Suku Sasak di Dusun Enda yang luasnya sekitar 2 ha dan dihuni sekitar 130 orang.
Langkah demi langkah menciptakan aku semakin antusias melihat rumah yang beratapkan alang-alang tentu menjadi pemandangan yang menarik. Banyak belum dewasa kecil yang bermain ria mengenakan setelan pakaian warna hitam yang akan menemanimu bermain, berfoto, atau bercanda ria.
Anak-anak Suku Sasak yang menggemaskan. |
Seluruh bangunan terbuat dari kayu dan bambu dengan atap rumah memakai anyaman alang-alang dan sengaja dibentuk miring dengan maksud biar para tamu senantiasa menundukkan kepala sebagai penghormatan kepada sang pemilik rumah dikala berkunjung.
![]() |
Bale Tani - Rumah untuk tempat tinggal sehari-hari |
Selain itu, setiap rumah niscaya mempunyai anak tangga dengan ciri khasnya tiga tingkat. Tentunya hal tersebut sengaja dibentuk bukan tanpa alasan, anak tangga paling atas itu bermakna selalu ingat kepada Tuhan, kedua yaitu ibu yang melahirkan kita dan yang ketiga Ayah. Ketiga unsur yang harus dihormati. Makara rata-rata rumah di sini punya tiga anak tangga.
Lantai yang aku duduki berbahan dasar kotoran sapi, sangat teduh dan dingin |
Berhubung rumah yang masih bersifat tradisional, bahan-bahan pembuatan rumah ini juga didapat dari daerah sekitar, baik tanah liat, sekam padi, bambu hingga alang-alang. Lantai rumah di Desa Wisata Ende ini juga tak biasa. Masyarakat setempat memakai kotoran sapi atau kerbau yang dicampur tanah untuk dijadikan lantai rumah.
Kotoran sapi atau kerbau digunakan sebagai perekat dari tanah liat, nantinya, lantai ini akan kembali dipoles dengan kotoran binatang ternak tersebut setiap sebulan sekali. Karena, jikalau tidak, tanah liat akan terkikis dan berdebu. Bangunan tradisional Sasak diklaim bisa bertahan antara 80 hingga 100 tahun.
Lumbung Padi |
![]() |
Bale Bagurak - Balai Pertemuan |
Rumah Adat Suku Sasak mempunyai beberapa bentuk dan fungsi antara lain:
- Bale Tani, sebagai tempat tinggal warga sehari-hari,
- Bale Barugak atau balai pertemuan ini untuk tempat membahas (memecahkan masalah), perkawinan hingga sunatan,
- Lumbung padi dan Bale Kodong merupakan rumah sementara bagi pasangan muda yang gres menikah hingga nantinya bisa membangun rumah sendiri yang lebih besar.
Lumbung sebagai tempat penyimpanan padi Suku Sasak inilah yang kemudian menjadi simbol Pulau Lombok. Satu lumbung ini digunakan lima hingga enam keluarga. Sedangkan Bale Tani, terdiri dari tiga bagian. Bagian dalam, tempat anak gadis, memasak dan melahirkan. Bagian luar (sebelah kanan) untuk ibu bapak, dan sebelah kiri tempat anak laki-laki plus ruang tamu.
Setiap perempuan Suku Sasak wajib bisa menenun |
Tepat ditengah-tengah pemukiman, dengan gampang kita menemukan anak gadis Suku Sasak sedang menenun. Kerana selain secara umum dikuasai penduduknya bertani, mereka juga menjadi perajin tenun sebagai komplemen pendapatan biaya hidup. Disini juga terdapat gelery kerajinan tangan orisinil hasil tengan kreatif Suku Sasak Ende yang siap untuk dibawa pulang sebagai buah tangan.
0 komentar:
Posting Komentar