Wisata Indonesia - Kota Tebas yakni sebuah kota kecamatan yang berada di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Kota dengan penduduk 64.200 jiwa ini lebih banyak didominasi didominasi oleh suku Melayu dan Dayak, serta diikuti oleh Tionghoa Hakka. Kota Tebas juga populer sebagai kota penghasil tumbuhan jeruk yang pernah populer sebagai 'jeruk Pontianak'.
Luas daerahnya mencapai 391,14 km² terbagi menjadi 23 desa dan kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu sungai Tebas yang membelah kota Tebas dan sungai Sambas Besar yang pribadi bermuara di Laut Natuna. Pesatnya pembangunan dan arus globalisasi tak urung sering kali menciptakan banyak orang tak tahu wacana sejarah dan asal seruan kota Tebas mulai dari berdirinya hingga perkembangannya dikala ini.
Ditinjau dari sejarahnya, asal seruan kota Tebas dulunya yakni sebuah hutan belantara yang sudah didiami oleh masyarakat yang menyebut dirinya Salako / Melayu pra Islam di pesisir sungai Sambas Besar hingga Gunung Senujuh. Kampung terdekat masyarakat Salako kala itu yakni daerah Gunung Gajah dan Gunung Pelanjau. Sedangkan kota Tebas yang kita kenal kini merupakan daerah hutan lebat yang belum ada perkampungan.
Kota Tebas dulunya hutan belantara dibuka oleh sekolompok orang yang berasal dari Kota Lama, ibukota pemerintahan Panembahan Ratu Sepudak / Panembahan Sambas (sekarang Kecamatan Teluk Keramat). Kelompok ini dipimpin oleh Raden Sulaiman, seorang wazir kerajaan yang melarikan diri bersama menteri-menteri kerajaan dan pengikut setianya untuk menghindarkan dirinya dari keruncingan kontradiksi yang dihadapinya dengan Raden Aria Mangkurat.
Raden Arya Mangkurat (wazir 1) yang sangat fanatik Hindu, iri dan dengki dengan Raden Sulaiman yang semakin besar lengan berkuasa menerima simpati dari para pembesar Panembahan Sambas sebab baik perilakunya dan anggun kepemimpinannya dalam memagang jabatan Menteri Besar (wazir 2), disamping itu Raden Sulaiman ini juga sangat ulet membuatkan Islam di lingkungan Istana Panembahan Sambas yang lebih banyak didominasi masih menganut Hindu, sehingga dari hari ke hari semakin banyak petinggi dan penduduk Panembahan Sambas yang masuk Islam.
Tekanan terhadap Raden Sulaiman oleh Raden Arya Mangkurat ini kemudian semakin besar lengan berkuasa hingga hingga pada mengancam keselamatan Raden Sulaiman beserta keluarganya. Maka Raden Sulaiman kemudian memutuskan untuk hijrah dari sentra Panembahan Sambas dan mencari tempat menetap yang baru. Banyak tempat yang telah mereka disinggahi dan berpindah-pindah dari daerah gres ke daerah lainnya.
Hingga kesudahannya sampailah mereka di sebuah hutan yang hening yang berada di bantaran Sungai Sambas Besar, tanahnya yang subur dan sangat cocok untuk bercocok tanam. Berlatar gunung Gajah dari kejauhan, mereka pun sepakat untuk mengakibatkan daerah tersebut sebagai pemberhentian dari perjalanan panjangnya. Hutan belantara ini kemudian dibabat dan dibuka oleh sekelompok warga untuk menjadi perkampungan (kota Tebas sekarang).
Rombongan Raden Sulaiman tidak bertahan usang di daerah tersebut dikarenakan tekstur tanahnya terlalu becek. Ditambah lagi apabila animo kemarau, air Sungai Sambas Besar terasa asin. Akhirnya, Raden Sulaiman mengadakan musyawarah bersama para penduduk untuk mencari daerah baru.
Dari sini perjalanan mencari daerah gres pun dilanjutkan ke arah hulu Sungai Sambas Besar dimana airnya tidak terasa payau lagi. Segala peralatan dan perlengkapan tidak ketinggalan untuk dibawa. Hingga kesudahannya rombongan Raden Sulaiman memasuki anak sungai yaitu sungai Sambas Kecil dan perjalanan mereka berakhir di Muara Ulakan tepatnya di cabang dari pertemuan tiga buah sungai.
Dengan persetujuan keluarga dan pengikutnya, tepatnya di sebelah timur Muara Ulakan, mereka membangun sebuah perkampungan yang gres bernama Lubuk Madung. Setelah tersiarnya isu bahwa Raden Sulaiman dan keluarga berada di tepian sungai yang tak jauh dari Muara Ulakkan maka rakyat dari Kota Lama pun tiba berduyun-duyun kesana.
Beriringnya waktu, daerah Lubuk Madung yang tadinya hutan menjadi sebuah perkampungan yang ramai penduduknya, sebagian besar yakni mereka yang menganut agama Islam. Banyaknya rakyat dari Kota Lama yang hijrah ke daerah gres membuatnya semakin 'lengang' ditinggalkan penghuninya.
Beriringnya waktu, daerah Lubuk Madung yang tadinya hutan menjadi sebuah perkampungan yang ramai penduduknya, sebagian besar yakni mereka yang menganut agama Islam. Banyaknya rakyat dari Kota Lama yang hijrah ke daerah gres membuatnya semakin 'lengang' ditinggalkan penghuninya.
Dan dikala itu pula rakit-rakit yang beratap rumbia kesudahannya menjadi 'Rumah Lanting'. Secara tiba-tiba, Ratu Panembahan Sambas tiba menemui Raden Sulaiman untuk menyerahkan tahta kerajaan agar melaksanakan pemerintahan di wilayah Sungai Sambas. Karena sang Raja dan sebagian besar petinggi dan penduduk Panembahan Sambas di Kota Lama akan berhijrah untuk membangun kerajaan gres di wilayah Sungai Selakau.
Sekitar 5 tahun sesudah menerima mandat penyerahan kekuasaan. Berdirilah kerajaan baru dengan Raden Sulaiman sebagai sultan pertama Kesultanan Sambas dengan gelar Sultan Muhammad Shafiuddin I. Sedangkan Raja Panembahan Sambas tadinya mendirikan Panembahan Balai Pinang di fatwa Sungai Selakau.
Sekitar 5 tahun sesudah menerima mandat penyerahan kekuasaan. Berdirilah kerajaan baru dengan Raden Sulaiman sebagai sultan pertama Kesultanan Sambas dengan gelar Sultan Muhammad Shafiuddin I. Sedangkan Raja Panembahan Sambas tadinya mendirikan Panembahan Balai Pinang di fatwa Sungai Selakau.
Bagaimana kabar perkampungan sebelumnya yang mereka dirikan ?. Sebagian dari rombongan Raden Sulaiman tersebut, ada yang memutuskan untuk menetap dan berbaur dengan penduduk pribumi (Salako). Dari semenjak berdirinya perkampungan tersebut hingga dikala ini, daerah tersebut dinamai TEBAS. Yang tadinya hanya ditebas kemudian kesudahannya ditinggalkan, demikianlah yang empunya dongeng menceritakannya.
![]() |
salah satu spot pasar Kota Tebas |
Berdasarkan awal mulanya kota Tebas, penduduk awal kota Tebas dikala dibangun berasal dari latar belakang yang sama, baik penduduk orisinil maupun pendatang. Penduduk orisinil adalah Melayu Hindu (baca: Dayak Salako) yang telah berbaur dengan rombongan Raden Sulaiman yang terdiri dari orang-orang Brunei yang ditinggalkan ayahnya (Sultan Tengah, Sultan Sarawak) dan sebagian dari penduduk Panembahan Sambas yang telah masuk Islam.
Dewasa ini, kota Tebas (baca: Kecamatan Tebas) menempati urutan pertama jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Sambas, namun dari sisi laju pertumbuhan penduduk masih berada di bawah laju pertumbuhan Kota Sambas yaitu 0,92 persen. Sebagian besar pekerjaan masyarakat Tebas yakni Petani, selebihnya Pedagang, Buruh, Nelayan, dan Pegawai.
0 komentar:
Posting Komentar