Indahnya Indonesia, Wisata & Traveling by Cameroon

Elang Laut: Si Penguasa Langit Pesisir Lambang Kesultanan Sambas

Wisata Indonesia - Lambang dan bendera semenjak dulu sudah menjadi satu dari sekian banyak identitas suatu bangsa maupun suatu wilayah kedaulatan. Bahkan di era kesultanan, Lambang dan Bendara dari Kesultanan kerap dipakai sebagai simbol pemersatu suku bangsa yang ada di daerahnya (benua). Di Pulau Kalimantan terdapat sebuah Kesultanan yang terletak di wilayah barat laut, yaitu Kesultanan Sambas.

Lambang Kesultanan Sambas

Mungkin suatu hal yang menarik ketika mengupas eksistensi historis lambang dan bendera Kesultanan Sambas, alasannya yaitu hal tersebut juga bab dari sebuah entitas kebudayaan nusantara. Pendiri negara Indonesia juga pernah berkata "Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah" atau disingkat Jasmerah. Kaprikornus rugi rasanya apabila melewatkan kedua hal tersebut dalam perspektif "Urang Sambas" ketika ini. Bendera Kesultanan Sambas didominasi warna kuning yang melambangkan keagungan dan kebesaran.

Bendera Kesultanan Sambas || Sumber Gambar by wikipedia
Lambang Kesultanan Sambas menjunjungkan kemegahan "Bumi Terigas" dimana terdapat dua ekor fauna hasil perpaduan antara Elang Laut dan Kuda Laut melambangkan bahwa Kesultanan Sambas mempunyai angkatan bahari yang kuat, dimana bab kepalanya mirip elang bahari dan bab ekornya mirip kuda laut. Dan terdapat moto Kesultanan Sambas yang bertulisan Alwatzikhoebillah di bab bawahnya yang melambangkan bahwa dalam memerintah Sultan harus berlandaskan agama Islam. Terlepas daripada itu, memaknai lambang Kesultanan Sambas bahwa angkatan bahari Sambas pada masa itu sangat tangguh bagaikan Kuda dan bergerak cepat atau gesit bagaikan elang.

Keraton pertama Kesultanan Sambas di Lubuk Madung
Lambang ini sudah dipakai semenjak dari pemerintahan Sultan pertama dan hingga pada pemerintahan Sultan ke 13, lambang ini kemudian disempurnakan dengan adanya angka 9 tepat berada di dalam bintang tiga belas. Angka ini menjelaskan bahwa bangunan keraton yang ada ketika ini merupakan pembangunan kembali pada zaman Sultan ke 13, yaitu Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Shafiuddin yang merupakan keturunan yang ke sembilan jikalau ditarik dari Sultan pertama.

Namun ada sebuah buku yang ditulis oleh Drs. Ansar Rahman yang berjudul "Kabupaten Sambas: Sejarah Kesultanan dan Pemerintahan Daerah" menjelaskan mirip berikut :
Alwatzikhoebillah maknanya “berpegang teguh dengan nama Allah” merupakan motto Kesultanan Sambas. Di atas goresan pena terdapat dua ekor Elang Laut yang merupakan simbol Kesultanan Sambas yang berarti “Kekuatan Kerajaan Sambas Diutamakan Pada Kekuatan Laut”. Angka Sembilan berarti bangunan ini renovasi oleh Sultan yang ke-9 Sultan Mulia Ibrahim Syafiuddin dan bintang bersegi tiga belas bermaksud urutan Ke-13 Sultan dan wakil Sultan yang memerintah Negeri Sambas, Yaitu Sultan Muhammad Syafiuddin II.

ELANG LAUT: Si "Mesin Terbang" Penguasa Langit Pesisir

Lambang Kesultanan Sambas menampilkan Elang Laut, burung yang paling mengesankan di bumi ini. Berangkat dari wilayah teritorial kerajaan yang berada di pesisir yang membentang dari Tanjung Datuk (Paloh) hingga Sungai Raya (Bengkayang). Kawasan ini dahulu banyak terdapat burung Elang Laut jenis dada putih dan salah satu jenis elang yang pernah mengalami kepopuleran dijamannya. Sehingga pemilihan fauna ini untuk dijadikan lambang kerajaan mempunyai alasan tertentu.

Elang Laut

Elang Laut Dada Putih (Haliaeetus leucogaster) dijuluki "mesin terbang" dan julukan itu bukannya tanpa alasan. Dengan bentangan sayap sepanjang tiga meter, burung bahari terbesar ini sanggup terbang hingga kecepatan 115 kilometer per jam. Elang bahari memang tampak kaku di darat, tetapi di angkasa beliau benar-benar manis dan menakjubkan untuk dipandang. Hal ini menggambarkan bahwa armada bahari Kesultanan Sambas tangguh dan cepat di eranya.

Mempunyai panjang badan 70–85 cm, rentang sayap 178–218 cm dengan berat badan jantan 1,8 – 2,9 kg dan betina 2,5 – 3,9 kg. Bagian atas berwarna abu-abu kebiruan, sedangkan bab bawah, kepala dan leher berwarna putih. Iris coklat. Kuku, paruh dan sera berwarna abu-abu. Tungkai tanpa bulu dan kaki berwarna abu-abu. Saat terbang, ekornya yang pendek tampak berbentuk baji dan sayapnya terangangkat ke atas membentuk abjad V. Saat masih muda atau juvenile, berwarna coklat mirip elang bondol muda. Biasanya elang ini bertelur 1 - 2 butir.

Habitatnya sanggup ditemukan di kawasan hutan pesisir, burung ini suka berputar-putar sendirian atau berkelompok di atas perairan. Mengunjungi pesisir, sungai, rawa-rawa dan danau hingga ketinggian 3000 m. Teriakannya nyaring mirip rangkong ”ah-ah-ah-…” mirip bunyi burung Gagak. Burung ini juga termasuk jenis satwa yang dilindungi oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 perihal Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya, PP 7 dan 8 tahun 1999.

KUDA LAUT

Kuda bahari yaitu jenis ikan yang hidup di bahari dengan ukuran yang bervariasi antara 16 mm hingga 35 cm dan sanggup ditemukan di perairan tropis dan menengah di seluruh dunia termasuk Laut Cina Selatan. Kuda bahari merupakan satu-satunya spesies yang jantannya sanggup hamil. Sirip dorsal pada kuda bahari terletak pada bab bawah sedangkan sirip pektoralnya terletak pada bab kepala, di akrab insang. Beberapa spesies kuda bahari berwarna transparan sebagian, sehingga tidak gampang terlihat.

Kuda bahari sanggup melihat 2 benda pada waktu yang bersamaan menggambarkan bahwa armada bahari Sambas sangat proaktif dalam memantau pergerakan musuh di perairan Sambas. Mata kuda bahari sangat unik. Ia sanggup melihat dua buah benda yang berbeda pada waktu yang bersamaan. Matanya juga sanggup bergerak dengan bebas, berputar-putar mengamati setiap sisi sehingga mereka sanggup melihat sekelilingnya dengan mudah, tanpa harus menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.

Tubuh kuda bahari berwarna-warni menggambarkan bahwa di Kesultanan terdiri dari beberapa suku bangsa. Tubuh kuda bahari sanggup berwarna-warni dan berubah sesuai dengan keadaan sinar matahari yang menyinari tubuhnya, dan keadaan tubuhnya sendiri. Walaupun mempunyai banyak warna, namun beberapa spesiesnya berwarna sebagian transparan, sehingga tidak gampang dilihat. Kuda bahari biasanya tinggal di sekitar karang-karang bahari dan menambatkan ekornya pada celah bebatuan. Ia hidup menyebar di perairan tropis di seluruh lautan dunia.

Kulit luar kuda bahari yang tidak sanggup hancur melambangkan bahwa armada bahari Sambas selalu sanggup menangkis serangan musuh yang hendak menyerang wilayahnya. Kuda bahari mempunyai kulit pelindung mirip baju zirah, yang tersusun atas tulang, yang mempunyai kegunaan untuk melindungi badan mereka dari segala jenis bahaya. Karena sedemikian kuatnya kita takkan sanggup menghancurkannya yang sudah mati dan mengering dengan hanya memakai tangan.

Kuda bahari pasangan yang setia menggambarkan bahwa pemerintahan Kesultanan Sambas selamanya berasaskan anutan Islam. Kebanyakan spesies dari Kuda Laut dikenal merupakan pasangan sehidup semati. Mereka mempunyai sifat monogami, artinya mereka hanya satu kali kimpoi selama hidupnya. Mereka hanya akan kimpoi dengan pasangannya. Hal ini merupakan sesuatu yang jarang terjadi di dalam dunia ikan.

Filosopi dari Elang Laut dan Kuda Laut bagi Lambang Kesultanan Sambas telah terbukti dengan Kesultanan Sambas semenjak berdiri tidak pernah tunduk / bernaung kepada pihak-pihak kekuasaan manapun baik itu Kerajaan lainnya di Nusantara ini ataupun pihak Kolonoal Eropa hingga kemudian pada masa Sultan Sambas ke-10 yaitu Sultan Umar Akamaddin III (tahun 1831 M), kekuasaan Kolonial Hindia Belanda mulai memengaruhi pemerintahan Kesultanan Sambas hingga masa kemerdekaan RI.

Bahkan Kesultanan Sambas sempat menjadi Kerajaan terbesar di wilayah Kalimantan Barat selama sekitar 100 tahun yaitu dari awal periode ke-18 (tahun 17-an) hingga awal periode ke-19 (tahun 18-an), gres kemudian sehabis Hindia Belanda mulai berkuasa di wilayah Kalimantan Barat, Kejayaan Kesultanan Sambas mulai meredup dan kemudian kebesaran Kesultanan Sambas itu digantikan oleh Kesultanan Pontianak.

Saran penulis, sudah sepantasnya Kabupaten Sambas sekarang untuk kembali mengingat kejayaan Kesultanan Sambas yang pernah jaya di eranya dengan menyebabkan Elang Laut menjadi maskot fauna khas Kabupaten Sambas

Seperti halnya Bekantan yang menjadi maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan, Burung Enggang Gading yang menjadi maskot fauna provinsi Kalimantan Barat, dan banyak lainnya. Hampir setiap kawasan di Indonesia tidak hanya mempunyai maskot faunanya, tetapi juga mempunyai maskot tanaman khas daerahnya masing-masing.



Sumber Referensi Pendukung :

Drs. Ansar Rahman, Kabupaten Sambas: Sejarah Kesultanan dan Pemerintahan Daerah (Pontianak: Taurus-Semar Karya, 2007), pp.82

https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Sambas

https://id.wikipedia.org/wiki/Elang-laut_dada-putih

https://id.wikipedia.org/wiki/Kuda_laut

https://www.kaskus.co.id/thread/51f8bc9ba4cb170628000009/mengenal-dan-mengetahui-keunikan-kuda-laut/

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Elang Laut: Si Penguasa Langit Pesisir Lambang Kesultanan Sambas

0 komentar:

Posting Komentar